Prawacana
Linguistik berarti ilmu bahasa. Ilmu bahasa adalah ilmu yang objeknya bahasa. Bahasa di sini maksudnya adalah bahasa yang digunakan sehari-hari (atau fenomena lingual). Karena bahasa dijadikan objek keilmuan maka ia mengalami pengkhususan, hanya yang dianggap relevan saja yang diperhatikan (diabstraksi). Jadi yang diteliti dalam linguistik atau ilmu bahasa adalah bahasa sehari-hari yang sudah diabstraksi, dengan demikian anggukan, dehem, dan semacamnya bukan termasuk objek yang diteliti dalam linguistik.
Linguistik modern berasal dari Ferdinand de Saussure, yang membedakan langue, langage, dan parole (Verhaar, 1999:3). Langue adalah salah satu bahasa sebagai suatu sistem, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris. Langage berarti bahasa sebagai sifat khas manusia, sedangkan parole adalah bahasa sebagaimana dipakai secara konkret (dalam bahasa Indonesia ketiga istilah tadi disebut bahasa saja dan mengacu pada konsep yang sama). Sejalan dengan hal di atas, Robins (1992:55) mengatakan bahwa langue merupakan struktur leksikal, gramatikal, dan fonologis sebuah bahasa, dan struktur ini sudah tertanam dalam pikiran penutur asli pada masa kanak-kanak sebagai hasil kolektif masyarakat bahasa yang dibayangkan sebagai suatu kesatuan supraindividual. Dalam menggunakan bahasanya, penutur bisa berbicara di dalam lingkup langue ini; apa yang sebenarnya diucapkannya adalah parole, dan satu-satunya kendali yang dapat dia atur adalah kapan dia harus berbicara dan apa yang harus ia bicarakan. Kaidah leksikal, gramatikal, dan fonologis telah dikuasai dan dipakai, dan kaidah tersebut menentukan ruang lingkup pilihan yang dapat dibuat oleh penutur. Pembedaan ini seperti apa yang dibuat Chomsky, yaitu antara competence (apa yang secara intuisi diketahui penutur tentang bahasanya) dan performance (apa yang dilakukan penutur ketika dia menggunakan bahasanya).
Ilmu linguistik sendiri sering disebut linguistik umum, artinya ilmu linguistik tidak hanya menyelidiki salah satu bahasa saja tetapi juga menyangkut bahasa pada umumnya. Dengan memakai istilah de Saussure, dapat dirumuskan bahwa ilmu linguistik tidak hanya meneliti salah satu langue saja, tetapi juga langage, yaitu bahasa pada umumnya. Sedangkan linguistik teoretis memuat teori linguistik, yang mencakup sejumlah subbidang, seperti ilmu tentang struktur bahasa (grammar atau tata bahasa) dan makna (semantik). Ilmu tentang tata bahasa meliputi morfologi (pembentukan dan perubahan kata) dan sintaksis (aturan yang menentukan bagaimana kata-kata digabungkan ke dalam frasa atau kalimat). Selain itu dalam bagian ini juga ada fonologi atau ilmu tentang sistem bunyi dan satuan bunyi yang abstrak, dan fonetik, yang berhubungan dengan properti aktual seperti bunyi bahasa atau speech sound (phone) dan bunyi non-speech sound, dan bagaimana bunyi-bunyi tersebut dihasilkan dan didengar (
http://en.wikipedia.org/wiki/Linguistics).
Menurut Verhaar (1999:9), setiap ilmu pengetahuan biasanya terbagi atas beberapa bidang bawahan, misalnya ada linguistik antropologis atau cara penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan ahli antropologi budaya, ada sosiolinguistik untuk meneliti bagaimana dalam bahasa itu dicerminkan hal-hal sosial dalam golongan penutur tertentu. Tetapi bidang-bidang bawahan tersebut mengandaikan adanya pengetahuan linguistik yang mendasari. Bidang yang mendasari itu adalah bidang yang menyangkut struktur dasar tertentu, yaitu struktur bunyi bahasa yang bidangnya disebut fonetik dan fonologi; struktur kata atau morfologi; struktur antarkata dalam kalimat atau sintaksis; masalah arti atau makna yang bidangnya disebut semantik; hal-hal yang menyangkut siasat komunikasi antar orang dalam parole atau pemakaian bahasa, dan menyangkut juga hubungan tuturan bahasa dengan apa yang dibicarakan, atau disebut pragmatik. Semakin melebarnya tantangan untuk studi dan analisis mengenai kebahasaan, membuka sebuah wawasan pemikiran dan pertanyan : Sampai sejauh mana ilmu linguisti berkembang ?
PEMBAHASAN
1. Cakupan Studi Linguistik
Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut:
“The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”
Program studi Ilmu Bahasa mulai jenjang S1 sampai S3, bahkan sampai post-doctoral program telah banyak ditawarkan di universitas terkemuka, seperti University of California in Los Angeles (UCLA), Harvard University, Massachusett Institute of Technology (MIT), University of Edinburgh, dan Oxford University. Hal tersebut kemudian diikuti banyaknya universitas di Indonesia yang membuka program S1 sampai S3 untuk ilmu bahasa.
Secara umum, bidang ilmu bahasa dibedakan atas linguistik murni dan linguistik terapan. Bidang linguistik murni mencakup fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan bidang linguistik terapan mencakup pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikografi, dan lain-lain. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini :
1. 1 Fonetik
Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa. Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan antara they dan day, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak. Dengan mempelajari fonetik, orang Indonesia akan dapat mengucapkan kedua bunyi tersebut dengan tepat.
Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa. Misalnya, jika seorang pemimpin di Indonesia mengadakan kunjungan ke Cina, ia cukup meminta staf-nya untuk menerjemahkan pidatonya ke bahasa Cina dan menulisnya dengan abjad fonetik, sehingga ia dapat memberikan pidato dalam bahasa Cina dengan ucapan yang tepat. Salah seorang pemimpin yang telah memanfaatkan abjad fonetik internasional adalah Paus Yohanes Paulus II. Ke negara manapun beliau berkunjung, beliau selalu memberikan khotbah dengan menggunakan bahasa setempat. Apakah hal tersebut berarti bahwa beliau memahami semua bahasa di dunia? Belum tentu, namun cukup belajar fonetik saja untuk mampu mengucapkan bunyi ratusan bahasa dengan tepat.
1. 2 Fonologi
Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut. Contoh sederhana adalah pengucapan gugus ‘ng’ pada awal kata, hanya berterima dalam sistem fonologis bahasa Indonesia, namun tidak berterima dalam sistem fonologis bahasa Inggris. Kemaknawian utama dari pengetahuan akan sistem fonologi ini adalah dalam pemberian nama untuk suatu produk, khususnya yang akan dipasarkan di dunia internasional. Nama produk tersebut tentunya akan lebih baik jika disesuaikan dengan sistem fonologis bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.
1. 3 Morfologi
Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur pembentuk kata. Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (atau kimia?) perlu memahami zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu untuk menghasilkan obat flu yang efektif; sama halnya seorang ahli linguistik bahasa Inggris perlu memahami imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar. Misalnya akhiran -¬en dapat direkatkan dengan kata sifat dark untuk membentuk kata kerja darken, namun akhiran -¬en tidak dapat direkatkan dengan kata sifat green untuk membentuk kata kerja. Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan oleh ahli bahasa, sedangkan pengguna bahasa boleh saja langsung menggunakan kata tersebut. Sama halnya, alasan ketentuan pencampuran zat-zat kimia hanya diketahui oleh ahli farmasi, sedangkan pengguna obat boleh saja langsung menggunakan obat flu tersebut, tanpa harus mengetahui proses pembuatannya.
1. 4 Sintaksis
Analisis sintaksis mengacu pada analisis frasa dan kalimat. Salah satu kemaknawiannya adalah perannya dalam perumusan peraturan perundang-undangan. Beberapa teori analisis sintaksis dapat menunjukkan apakah suatu kalimat atau frasa dalam suatu peraturan perundang-undangan bersifat ambigu (bermakna ganda) atau tidak. Jika bermakna ganda, tentunya perlu ada penyesuaian tertentu sehingga peraturan perundang-undangan tersebut tidak disalahartikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
1. 5 Semantik
Kajian semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis makna dalam hal ini mulai dari suku kata sampai kalimat. Analisis semantik mampu menunjukkan bahwa dalam bahasa Inggris, setiap kata yang memiliki suku kata ‘pl’ memiliki arti sesuatu yang datar sehingga tidak cocok untuk nama produk/benda yang cekung. Ahli semantik juga dapat membuktikan suku kata apa yang cenderung memiliki makna yang negatif, sehingga suku kata tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai nama produk asuransi. Sama halnya dengan seorang dokter yang mengetahui antibiotik apa saja yang sesuai untuk seorang pasien dan mana yang tidak sesuai.
1. 6 Pengajaran Bahasa
Ahli bahasa adalah guru dan/atau pelatih bagi para guru bahasa. Ahli bahasa dapat menentukan secara ilmiah kata-kata apa saja yang perlu diajarkan bagi pelajar bahasa tingkat dasar. Para pelajar hanya langsung mempelajari kata-kata tersebut tanpa harus mengetahui bagaimana kata-kata tersebut disusun. Misalnya kata-kata dalam buku-buku Basic English. Para pelajar (dan guru bahasa Inggris dasar) tidak harus mengetahui bahwa yang dimaksud Basic adalah B(ritish), A(merican), S(cientific), I(nternational), C(ommercial), yang pada awalnya diolah pada tahun 1930an oleh ahli linguistik C. K. Ogden. Pada masa awal tersebut, Basic English terdiri atas 850 kata utama.
Selanjutnya, pada tahun 1953, Michael West menyusun General Service List yang berisikan dua kelompok kata utama (masing-masing terdiri atas 1000 kata) yang diperlukan oleh pelajar untuk dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Daftar tersebut terus dikembangkan oleh berbagai universitas ternama yang memiliki jurusan linguistik. Pada tahun 1998, Coxhead dari Victoria University or Wellington, berhasil menyelesaikan suatu proyek kosakata akademik yang dilakukan di semua fakultas di universitas tersebut dan menghasilkan Academic Wordlist, yaitu daftar kata-kata yang wajib diketahui oleh mahasiswa dalam membaca buku teks berbahasa Inggris, menulis laporan dalam bahasa Inggris, dan tujuannya lainnya yang bersifat akademik.
Proses penelitian hingga menjadi materi pelajaran atau buku bahasa Inggris yang bermanfaat hanya diketahui oleh ahli bahasa yang terkait, sedangkan pelajar bahasa dapat langung mempelajari dan memperoleh manfaatnya. Sama halnya dalam ilmu kedokteran, proses penelitian hingga menjadi obat yang bermanfaat hanya diketahui oleh dokter, sedangkan pasien dapat langsung menggunakannya dan memperoleh manfaatnya.
1. 7 Leksikografi
Leksikografi adalah bidang ilmu bahasa yang mengkaji cara pembuatan kamus. Sebagian besar (atau bahkan semua) sarjana memiliki kamus, namun mereka belum tentu tahu bahwa penulisan kamus yang baik harus melalui berbagai proses.
Dua nama besar yang mengawali penyusunan kamus adalah Samuel Johnson (1709-1784) dan Noah Webster (1758-1843). Johnson, ahli bahasa dari Inggris, membuat Dictionary of the English Language pada tahun 1755, yang terdiri atas dua volume. Di Amerika, Webster pertama kali membuat kamus An American Dictionary of the English Language pada tahun 1828, yang juga terdiri atas dua volume. Selanjutnya, pada tahun 1884 diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume.
Saat ini, kamus umum yang cukup luas digunakan adalah Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Mengapa kamus Oxford? Beberapa orang mungkin secara sederhana akan menjawab karena kamus tersebut lengkap dan cukup mudah dimengerti. Tidak banyak yang tahu bahwa (setelah tahun 1995) kamus tersebut ditulis berdasarkan hasil analisis British National Corpus yang melibatkan cukup banyak ahli bahasa dan menghabiskan dana universitas dan dana negara yang jumlahnya cukup besar. Secara umum, definisi yang diberikan dalam kamus tersebut seharusnya dapat mudah dipahami oleh pelajar karena semua entri dalam kamus tersebut hanya didefinisikan oleh sekelompok kosa kata inti. Bagaimana kosa-kata inti tersebut disusun? Tentu hanya ahli bahasa yang dapat menjelaskannya, sedangkan para sarjana dan pelajar dapat langsung saja menikmati dan menggunakan berbagai kamus Oxford yang ada dipasaran.
1. 8 Sosiolinguistik
Secara umum, bahasa dipahami sebagai sistem tanda arbiter yang dipakai oleh manusia untuk tujuan komunikasi antara satu sama lain. Dengan demikian, konteks sosial dalam penggunaan bahasa menjadi sesuatu yang penting untuk dikaji. Menurut Chomsky, sosiolinguistik menyoroti segala yang dapat diperoleh dari bahasa, dengan cara apa pendekatan sosial dapat menjelaskan segala yang dikatakan dengan bahasa, oleh siapa, kepada siapa, pada saat kehadiran siapa, kapan dan di mana, atas alasan apa, dan dalam keadaan bagaimana. Sementara menurut Hymes (1971), perhatian sosiolinguistik tertuju pada kecakapan manusia dalam menggunakan bahasa dengan tepat dalam latar yang berbeda. Kajian-kajian sosiolinguistik bermanfaat untuk menyusun: (1) konsep dasar tentang guyub tutur; (2) variasi dan perubahan bahasa (dialek dan kelompok sosial); (3) kontak bahasa; (4) bahasa, kekuasaan, dan ketidaksetimbangan; (5) perencanaan, kebijakan, dan praktek bahasa; (6) bahasa dan pendidikan; (7) metode penelitian sosiolinguistik; (8) sosiolinguistik sebagai profesi (Hidayatullah,
http://kampusislam.com//).
Panini (500 SM) diyakini oleh banyak linguis sebagai pelopor pengkaji sosiolinguistik. Dalam karyanya yang berjudul Astadhayayi—satu buku yang berisi tentang stilistika bahasa—pengkajian sosiolinguistik mulai mendapat perhatian. Baru beberapa abad kemudian, tepatnya pada abad 19, Schuchardt, Hasseling, dan Van Name (1869-1897) untuk pertama kalinya memulai kajian tentang dialek bahasa pedalaman Eropa dan kontak bahasa yang menghasilkan bahasa campuran. Perkembangan kajian sosiolinguistik semakin menemukan titik cerah setelah de Saussure (1857-1913) berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah fakta sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dalam hal ini, terdapat dua istilah yang masih populer hingga saat ini: langue dan parole. Tak lama berselang, langkah de Saussure ini ditindaklanjuti oleh beberapa sarjana bahasa Amerika Serikat, seperti Franz Boas, Edward Sapir, dan Leonard Bloomfield yang melakukan beberapa kajian bahasa, budaya, dan kognisi. Istilah sosiolinguistik digunakan pertama sekali oleh Harver Currie pada tahun 1952. Tokoh ini sebelumnya melihat kajian linguistik tidak memiliki perhatian terhadap realitas sosial.
1. 9 Pragmatik
Seorang filosof yang bernama Charles Morris, memperkenalkan sebuah cabang ilmu yaitu pragmatik. Pragmatik adalah kajian tentang hubungan tanda dengan orang yang menginterpretasikan tanda itu (Moris, 1938: 6 dalam Levinson, 1997: 1). Batasan pengertian ilmu pragmatik juga dikemukakan oleh para ahli yang lain. Pragmatik menurut Geoffrey Leech (1993: 8) adalah ilmu tentang maksud dalam hubungannya dengan situasi-situasi tuturan (speech situation). Proses tindak tutur ditentukan oleh konteks yang menyertai sebuah tuturan tersebut. Dalam hal ini Leech menyebutnya dengan aspek-aspek situasi tutur, antara lain : pertama, yang menyapa (penyapa) dan yang disapa (pesapa); kedua, konteks sebuah tuturan; ketiga, tujuan sebuah tuturan; keempat, tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak tutur (speech act); dan kelima, tuturan sebagai hasil tindak verbal (Leech, 1993: 19-20).
George Yule dalam bukunya Pragmatics (1996) mengemukakan bahwa “Pragmatics is the study of speaker meaning as distinct from word or sentence meaning (1996: 133), yang berarti pragmatik mempelajari tentang makna yang dimaksudkan penutur yang berbeda dengan makna kata atau makna kalimat. Batasan ini mengemukakan bahwa makna yang dimaksudkan oleh penutur merupakan tuturan yang telah dipengaruhi oleh berbagai situasi tuturan, hal ini berbeda dengan makna kata atau kalimat, karena makna kata atau kalimat merupakan makna yang sesuai dengan makna yang berdasarkan arti yang tertulis saja. Pengertian pragmatik dapat diintisarikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yang ditentukan oleh konteks dan situasi yang melatarbelakangi pemakaian bahasa dalam komunikasi yang merupakan dasar penentuan pemahaman maksud penggunaan tuturan oleh penutur dan mitra tutur.
Menurut pendapat Parker (1986) pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, hal ini mempunyai maksud bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Antara studi tata bahasa dan pragmatik dibedakan menurut Parker. Hal tersebut dapat diamati dalam kutipan berikut.
“Pragmatics is study of how language is used to communicate. Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal struture of language (Parker, 1986:11).”
‘Pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Pragmatik berbeda dengan tata bahasa, yang mempelajari struktur internal bahasa.’
Jadi menurut Parker bahwa studi tata bahasa dianggapnya sebagai studi bahasa secara internal, dan pragmatik studi bahasa secara eksternal. Batasan yang dikemukakan parker tersebut dapat dikatakan pula bahwa studi kajian tata bahasa dianggap sebagai studi yang bebas konteks (context independent).
1. 10 Pskolinguistik
Psikolinguistik adalah penggabungan antara dua kata ‘psikologi’ dan ‘linguistik’. Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi untuk mempelajari cara otak memroses bahasa.
Psikolinguistik meliputi proses kognitif yang bisa menghasilkan kalimat yang mempunyai arti dan benar secara tata bahasa dari perbendaharaan kata dan struktur tata bahasa, termasuk juga proses yang membuat bisa dipahaminya ungkapan, kata, tulisan, dan sebagainya. Psikolinguistik perkembangan mempelajari kemampuan bayi dan anak-anak dalam mempelajari bahasa, biasanya dengan metoda eksperimental dan kuantitatif (berbeda dengan observasi naturalistik seperti yang dilakukan Jean Piaget dalam penelitiannya tentang perkembangan anak).
2. Hubungan Psikolinguistik dengan sosiolinguistik dan pragmatik
Psikolinguistik bersifat interdisipliner dan dipelajari oleh ahli dalam berbagai bidang, seperti psikologi, ilmu kognitif, dan linguistik. Psikolinguistik adalah perilaku berbahasa yang disebabkan oleh interaksinya dengan cara berpikir manusia. Ilmu ini meneliti tentang perolehan, produksi dan pemahaman terhadap bahasa. Ada beberapa subdivisi dalam psikolinguistik yang didasarkan pada komponen-komponen yang membentuk bahasa pada manusia. - Fonetik dan fonologi mempelajari bunyi ucapan. Di dalam psikolinguistik, penelitian terfokus pada bagaimana otak memproses dan memahami bunyi-bunyi ini.
- Morfologi mempelajari struktur kalimat, terutama hubungan antara kata yang berhubungan dan pembentukan kata-kata berdasarkan pada aturan-aturan.
- Sintaks mempelajari pola-pola yang menentukan bagaimana kata-kata dikombinasikan bersama membentuk kalimat
- Semantik berhubungan dengan makna dari kata atau kalimat. Bila sintaks berhubungan dengan struktur formal dari kalimat, semantik berhubungan dengan makna aktual dari kalimat.
- Pragmatik berhubungan dengan peran konteks dalam penginterpretasian makna.
- Studi tentang cara mengenali dan membaca kata meneliti proses yang tercakup dalam perolehan informasi ortografik, morfologis, fonologis, dan semantik dari pola-pola dalam tulisan.
3. Pemerolehan bahasa pada anak, Mungkinkah orang dewasa memperoleh bahasa?
Tiap anak anak kecil yang dilahirkan ke dalam suatu kelompok memperoleh kebiasaan-kebiasaan wicara dan respons pada tahun-tahun pertama dalam hidupnya, ini pastilah perbuatan intelektual sulit paling penting yang setiap orang dituntut untuk melaksanakannya. Blomfild dalam bukunya “ Language” memberikan gambaran proses pemerolehannya:
- Pada berbagai stimulus, anak kecil mengucapkan dan mengulangi bunyi bunyi vocal. Hal ini merupakan factor bawaan. Andaikata ia membuat suara yang mungkin menggambarkan da , meskipun tentu saja gerakan-gerakan sebenarnya dan bunyi bunyi yang dihasilkan berbeda dengan yang digunakan dalam bahasa inggris yang biasa. Getaran-getaran bunyi itu mengenai gendang-gendang telinga sewaktu ia terus menguangi gerakan gerakannya.
- Seorang dewasa, misalnya ibunya, ketika anak kecil itu ada, mengucapkan bunyi yang menyerupai salah satu suku kata ocehan anak tersebut. Misalnya, orang itu mengucapkan doll . Ketika bunyi-bunyi itu mengenai gendang telinga anak, kebiasaan 1) mulai berperanan dan ia mengucapkan suku kata ocehan yang terdekat.
- Ibunya (orang dewasa) tentu saja menggunakan kata-katanya apabila ada stimulus yang tepat. Ia mengatakan doll apabila ia benar benar menunjukkan atau memberikan boneka kepada anak kecil tersebut. Anak tersebut kemudian membentuk kebiasaan dengan sendirinya.
Hal tersebut diatas memberikan gambaran, bahwa pemerolehan bahasa pada anak dibutuhkan sinergi antara pen-stimulus, stimulus, dan receiver stimulus atau otak anak. Orang dewasa juga berperan dalam pemerolehan bahasa.
4. Proses memahami ujaran pada saat komunikasi.
Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran. Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran .Dengan kata lain, dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode. Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses baik berupa bahasa lisan maupun bahasa tulis, sebagaimana dikemukakan oleh Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. Karena itu, Slama (Pateda, 1990: 13) mengemukakan bahwa psycholinguistics is the study of relations between our needs for expression and communications and the means offered to us by a language learned in one’s childhood and later ‘psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan. Bahasa yang dipelajari semenjak anak-anak bukanlah bahasa yang netral dalam mengkoding realitas objektif. Bahasa memiliki orientasi yang subjektif dalam menggambarkan dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan berkata. Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean, hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata, (1998: 9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian
Ranah kognitif yang berpusat di otak merupakan ranah yang yang terpenting Ranah ini merupakan sumner sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah efektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Dalam kaitan ini Syah (2004: 22) mengemukakan bahwa tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seseorang dapat berpikir. Tanpa kemampuan berpikir mustahil seseongr tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi yang disajikan kepadanya.
5. Mengapa Dalam Komunikasi Sering Terjadi Kesalahan ?
Komuniksi hampir dilakukan oleh semua mahluk, meskipun kita tidak mengetahui dan memahami lambang komunikasi apa yang dipergunakan oleh cicak atau mahluk hidup lainnya ketika berinteraksi dengan yang lain akan tetapi yakinlah bahwa semuanya melakukan komunikasi. Begitu pula manusia, bukan lagi “sering” berkomunikasi akan tetapi manusia selalu melakukan komunikasi. Dan bukan saja dalam waktu-waktu tertentu akan tetapi setiap waktu manusia selalu melakukan komunikasi. Apa dan bagaimana sebenarnya komunikasi itu ?
Komunikasi merupakan suatu proses interaksi alami yang tidak saja perlu dilakukan tetapi dibutuhkan oleh manusia sepanjang hidupnya. Banyak sekali definisi-definisi yang menjelaskan mengenai komunikasi, secara umum komunikasi merupakan suatu proses yang dibutuhkan dan dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial untuk mempertahankan hidupnya. Secara teknis proses tersebut bermula dari penyampaian ide/pesan/pernyataan/informasi dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang komunikasi seperti ; bahasa lisan, tulisan, isyarat atau kode-kode tertentu yang dipahami oleh keduanya baik pengirim maupun penerima, dalam pengiriman tersebut agar pesan dapat disampaikan dan diterima dengan baik maka mungkin saja memerlukan alat bantu seperti ; telepon, surat, microphone dengan pengeras suara, Radio komunikasi/telegrafi dan sebagainya.
Orang yang mengirimkan pesan sering kali disebut komunikator, disini komunikator di awal melakukan pengolahan pesan yaitu suatu perencanaan tentang apa yang akan disampaikan, dengan menggunakan bahasa apa disampaikan, waktu penyampaian serta media yang akan dipakai. Proses ini sangat tergantung dari latar belakang masing-masing komunikator yaitu bagaimana pengalaman si komunikator dalam berkomunikasi, tingkat pendidikan seorang komunikator juga sangat menentukan penggunaan bahasa yang dipakai, kemudian juga bagaimana keadaan perasaan pada saat perencanaan pesan.
Sebagai contoh seorang karyawan baru disebuah kantor akan sedikit bingung dalam menyempaikan suatu informasi kepada pimpinannya, karena pengalaman berkomunikasi serta pengetahuan tentang si komunikan dalam hal ini apakah si boss adalah orang yang selalu bicara formal atau yang senang guyon dan sebagainya. Contoh lain pada seorang profesor yang berbicara dalam suatu diskusi dengan kelompok tani disuatu desa, sang profesor harus mengetahui dengan pasti latar belakang pendengarnya, sehingga dalam beribicara digunakan bahasa yang tidak terlalu formil dan tidak menggunakan istilah-istilah yang terlalu modern yang tidak dapat dimengerti oleh pendengarnya.
Banyak sekali kesalahan-kesalahan dalam berkomunikasi baik itu kesalahan pada komunikator maupun komunikan ataupun dari media komunikasi yang digunakan. Banyaknya kesalahan-kesalahan tersebut serta dampak yang mungkin timbul dari kesalahan itu juga sangat beragam pada intinya semua kesalahan tersebut dapat dikategorikan menjadi dua kesalahan yaitu Missunderstanding dan Misscommunication.
Missunderstanding merupakan bentuk kesalahan yang lebih diakrenakan isi pesan yang disampaikan. Salah pengertian atau kesalah pahaman yang disebabkan oleh tidak samanya pemahaman terhadap suatu bahasa yang digunakan antara komunikator dengan komunikan. Sebagai contoh pemakaian istilah “ pekerja mandiri “ , menurut pemahaman komunikator istilah tersebut dimaksudkan adalah seorang pekerja yang dapat menangani masalah sendiri dan enggan menyusahkan orang lain dalam mengerjakan pekerjaannya. Akan tetapi pengertian dengan komunikan bahwa pekerja mandiri merupakan orang yang egois dan tidak mau menerima ide dari orang lain. Perbedaan pemahaman yang sangat sepele ini terkadang dapat menjadikan komunikasi tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan komunikator semula. Pada situasi yang lain dalam menyampaikan pesan seorng komunikator menyisipkan guyonan umum pada komunikan tetapi karena kondisi perasaan si komunikan sedang kurang baik maka guyonan yang semua untuk melancarkan penyampaian pesan malah sebaliknya menjadi penghambat komunikasi atau waktu penyampaiannya kurang tepat.
Sedangkan misscommunication, merupakan kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh tidak sempurnanya pengiriman atau penerimaan isi pesan. Ketidak sempurnaan pengiriman dan penerimaan tersebut dikrenakan adanya distorsi yang bisa muncul dari saluran pengiriman, media bahkan saluaran penerimaan sehingga pesan tidak dikirim dengan sempurna dan akhirnya komunikan menerima pesan yang tidak lengkap. Contoh yang nyata adalah ketika seorang menyampaikan pesan “ Tolong barang diambil saya tidak datang besok “ karena kondisi cuaca yang kurang baik menyebabkan media yang digunakan yaitu telepon genggam kurang baik mendapatkan sinyal, maka pesan yang diterima bisa menjadi “ Tolong barang tidak diambil saya datang besok “. Kesalahan tersebut juga bisa saja terjadi dikarenakan kondisi fisik komunikator dalam mengirim pesan dan komunikan dalam menerima pesan. Anda bisa membayangkan bagaimana jika seorang yang sama sekali tidak bisa mengucap kata “R” dengan baik kemudian mengucapkan kata remote control ?
Jadi apapun bentuknya, kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam berkomunikasi yang dapat mengakibatkan hasil yang tidak maksimal dari penyampaian pesan bersumber dari bagaimana seorang komunikator menyusun perencanaan komunikasi yang akan dilakukan. “ Wah payah nggak nyambung “ atau “ “ tulalit amat sih orang ini “ pernyataan-pernyataan di atas tidaklah seharusnya terpikir atau bahkan terucapkan dalam suatu kegagalan berkomunikasi yang lebih tepat adalah bahwa kita yang seharusnya harus lebih matang dalam merencanakan suatu komunikasi. The important think is we can repaire the mistake not only know the mistake
Kalimat yang efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap sesuai dengan pola yang dipilih. Werdiningsih (2002) menyarankan agar kelengkapan dapat terpenuhi, subjek kalimat harus ada, predikat harus jelas, objek kalimat harus disertakan jika predikatnya berupa kata kerja transitif, pelengkap juga harus disertakan, jika predikatnya berupa kata kerja yang menghendaki pelengkap, dan pemenggalan tidak dilakukan pada kalimat majemuk dengan tanpa mengubah strutrukturnya.
CONTOH KESALAHAN DALAM KOMUNIKASI BERBAHASA :
Atas kerawuhan Bapak-bapak, saya haturkan terima kasih.
-> Maksud pembuat kalimat tersebut untuk menghormat lawan bicara. Tetapi tidak disadarinya, bahwa kalimat yang dibuatnya tersebut bukanlah kalimat bahasa Indonesia. Salah satu sifat bahasa Indonesia ialah demokratis; karenanya tidak dikenal kata-kata khusus untuk golongan-golongan tertentu seperti bahasa Jawa. Sudah cukup hormat dan betul, jika dikatakan: atas kedatangan Bapak-bapak, saya ucapkan terima kasih.
Beberapa kata hormat dari bahasa Jawa yang sering dipakai orang antara lain: kondur, dahar, jumeneng, tindak, dan tapak asma. Kata-kata tersebut sehsarusnya kita ganti: pulang, makan, berdiri, pergi, dan tanda tangan.
Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.
-> Menurut maksudnya, kalimat tersebut ditujukan kepada seseorang yang kita ajak berbicara.
-> Karena itu yang betul mestinya: Atas perhatiaan Saudara, saya ucapkan terima kasih.
PENUTUP
Begitu kompleks permasalahan yang terjadi dalam kebahasaan yang diimbangi pula bahwa Ilmu bahasa terus berkembang dan semakin memainkan peran penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan semakin majunya program pascasarjana bidang linguistik di berbagai universitas terkemuka (UCLA, MIT, Oxford, dll). Buku-buku karya ahli bahasa pun semakin mendapat perhatian. Salah satu buktinya adalah buku The Comprehensive Grammar of the English Langauge, yang terdiri atas 1778 halaman, yang acara peluncurannya di buka oleh Margareth Thatcher, pada tahun 1985. Respon yang luar biasa terhadap buku tersebut membuatnya dicetak sebanyak tiga kali dalam tahun yang sama. Buku tata bahasa yang terbaru, The Cambridge Grammar of the English Language, tahun 2002, yang terdiri atas 1842 halaman, ditulis oleh para ahli bahasa yang tergabung dalam tim peneliti internasional dari lima negara. Hal ini semakin memberikan kemudahan dalam analisis terkait Ilmu Linguistik.
Redaksi Pustaka :
Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Cetakan I. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Abdul Syukur Ibrahim. 1993. Kajian Tindak Tutur. Cetakan I. Surabaya: Usaha Nasional.
Bach, Kent. Harnish, Robert M. 1979. Linguistic Communication and Speech Acts. Cambridge Mass: MIT Press.
Bambang Kaswanti Purwa. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Cetakan I. Jogjakarta: Kanisius.
Crystal, David. 1989. The Cambridge Ensyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University press.
Edi Subroto, D. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Fromkin, Victoria & Robert Rodman. 1998. An Introduction to Language (6th Edition).
Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan.1990. Bahasa, Konteks, dan Teks. (dalam terjemahan Asrudin Barori Tou) Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Higgin, Graham. 2000. A Philosophical Anthology. Inggris: Penguin Books (dalam terjemahan Basuki). 2004. Antologi Filsafat. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary (5th edition). Oxford: Oxford University Press.
Hidayatullah, Syarif. 2008.
Sosiolinguistik. http://kampusislam.com// (diakses pada Selasa, 15 Januari 2010 pukul 13.00 Wib)
I Dewa Putu Wijana.1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset..
Johnson, Donna M. 1992. Approaches to Research in Second Language Learning. New York: Longman Publishing Group.
Lightbown, Patsy M dan Nina Spada. 1999. How Languages Are Learned (Revised Edition). Oxford : Oxford University Press
Matthews, Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford: Oxford
Rahardi, Kunjama. 2001. Sosiolinguistik, Kode, dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Robins, R.H. 1990. A Short History of Linguistics. London: Longman.
Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Werdiningsih, Dyah. 2002. Menulis I. Malang: FKIP Unisma.
Wijana, Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. 2006. SOSIOLINGUISTIK Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar