Wednesday, March 23 - 2 comments

Gadis yang Ku Temui Ini Aneh

Membingungkan, itu yang bisa ku katakan sekarang. Pastinya, setelah ku temui dia di alam yang susah ku jabarkan, tempat yang tak terjemah oleh akal, yang hanya tersentuh oleh pikiran. Tempat di mana tidak ada gelap dan terang, tanpa warna. Di bawah luasnya langit, di antara reremputan yang tingginya melampaui ku terlihat sebatang pohon yang hanya sendirian, ia berdiri kokoh di situ. Di sampingnya beberapa pot bunga tertata tidak teratur dengan bunga-bunga yang tidak sempat ku perhatikan. Kadang aneh melihat ramahnya bunga bermain dengan rumput liar. Tapi kali ini tidak, tidak sama sekali, karena aku lupa memperhatikannya. Hanya ada beberapa buah batu di situ, yang dijadikan alat untuk buat ku sadar bahwa ada sebuah teras yang pastinya dari sebuah rumah yang hendak ku datangi.
Ada kelegahan luar biasa yang terasa saat kepalaku ku sandarkan di sebuah sofa tua di dalam rumah itu. Sedikit mengusik namun nyaman. Aku baru sadar kalau ia yang tadinya berdiri di pintu saat aku masih di luar kini berada tepat di hadapan ku. Pakaiannya sederhana, rambut tertata biasa-biasa saja, bergaya ramah dengan senyum yang sedikit disembunyikan agar tak tampak bahwa ia sedang tertawa. Tapi itulah yang ku suka. Benar, aku suka! Dan, itu buat letih ku tak terasa, buat aku lupa kalau aku begitu lemah karena belum makan sedikit pun sejak pagi tadi.
Suatu kesenangan yang ku rasa muncul di hati saat sesekali ku perhatikan ia tertawa. Sedikit manja, tapi aku menikmatinya. Entahlah, rasanya apa yang ia lakukan semua itu ku suka, semua itu buat ku ingin bertahan untuk tetap merasakannya. Ada alasan yang aku sendiri tak mengerti kenapa. Tapi aku tidak punya kesempatan untuk memikirkan alasannya karena pikiran ku sedang disibukkan oleh senyumnya, suaranya, geraknya, tawanya, dan oleh segala apa yang dimilikinya.
Kami berbincang tentang hal yang aku tak tahu pasti apa itu, karena tak pernah ku biarkan otak ku mencerna hal lain selain dia. Hanya sebentar saja ku biarkan diriku terbaur dengan suasana rumah itu. Selebihnya, hanya dia.
Ku coba mengerti sebuah kegelisahan yang muncul tepat setelah ku tahu ternyata ia gadis yang jauh lebih tegar dari yang ku kenal, bahkan jauh lebih kuat dari yang ku bayangkan. Aku tak tahu pasti apa karena rasa yang buat ku melihat hanya sisi baiknya atau kebaikan ini memang layak diperhatikan. Terlepas dari semua itu, aku salut!
Kegelisahan ini buatku ingin melindunginya, menjaganya, ingin biarkan ia tetap tenang. Nyanyian lagu “seumur hidupku” milik Boomerang terlantun dalam pikiran ku di saat makan siang.
Monday, March 21 - 0 comments

Bahasa dalam pandangan Edward Sapir


Ungkapan atau bahasa yang begitu familiar dalam keseharian kita, yang mana jarang kita berhenti sejenak untuk mendefinisikannya. Ia terlihat seperti suatu yang alami bagi manusia, seperti halnya ‘berjalan’, sedikit berkurang dari ‘bernafas’. Ini memang perlu, tapi refleksi sejenak untuk meyakinkan kita bahwa ‘kealamian berbahasa’ ini hanyalah ilusi perasaan. Peoses perolehan suatu bahasa (secara sadar) merupakan hal yang  jauh berbeda dari proses belajar berjalan. Fungsi akhir dari kasus ini adalah budaya atau dengan kata lain bentuk tradisonal dari kaum bijak yang bukanlah secara serius dan sadar di masukkan ke dalamnya. Anak merupakan individu yang dilengkapi dengan seperangkat faktor-faktor yang kompleks, yang kita istilahkan sebagai keturunan biologis. Tentu saja, yang sangat konformasi dari otot-otot dan bagian-bagian sistem saraf ini dikatakan sebagai penyesuaian awal untuk melakukan berbagai gerakan seperti berjalan dan kegiatan sejenisnya. Dalam arti yang sangat nyata, manusia normal sudah ditakdirkan untuk berjalan, bukan karena orang yang lebih tua akan membantu dia untuk belajar suatu seni, organ-organnya sudah ada sejak lahir, bahkan sudah sejak pembuahannya, mereka hanya membantu dia untuk mengambil semua pengeluaran-pengeluaran energi saraf dan semua adaptasi otot yang memungkinkannya dapat berjalan. Singkatnya, berjalan adalah fungsi biologis yang melekat pada manusia.
Bahasa bukan seperti itu. Tentu saja benar bahwa dalam arti tertentu individu ditakdirkan untuk dapat berbicara. tetapi itu sepenuhnya karena keadaan bahwa bukan hanya ia lahir di alam, tetapi juga dalam pangkuan masyarakat, yang juga merupakan penyebab, ia dituntun dalam tradisi-tradisi masyarakat tersebut. Tanpa masyarakat, tetap ada alasan untuk percaya bahwa ia akan belajar berjalan, jika memang ia tetap bertahan hidup. Tapi berarti juga ia tidak akan pernah belajar untuk berbicara, untuk mengkomunikasikan ide-ide sesuai dengan sistem tradisional masyarakat tertentu. Atau juga, menghapus individu yang baru lahir dari lingkungan masyarakat asalnya dan memindahkan ia ke tempat terasing. Dia akan mengembangkan kemampuan berjalannya di lingkungan barunya itu sejauh ia mampu mengembangkannya semasa ia hidup. Tapi bahasanya, tidak akan ada variasi dengan bahasa di lingkungan asalnya. Berjalan merupakan aktivitas manusia umumnya, yang bervariasi hanya dalam batasan tertentu yang kita dapati dari individu ke individu lain. Keberagamannya disengaja dan tanpa tujuan. Berbicara merupakan aktivitas manusia yang mana tanpa memberikan batasan sebagaimana yang dialihkan dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya, karena hal itu merupakan warisan sejarah suatu kelompok, produk penggunaan jangka panjang. Ia bervariasi karena semua usaha kreatif itu bervariasi, bukan sebagai sesuatu yang dengan sadar, mungkin, ada yang kurang seperti halnya agama, kepercayaan, adat istiadat, dan kesenian-kesenian masyarakat yang berbeda. Berjalan itu merupakan sifat organik, naluriah, fungsi (tidak, tentu saja, smerupakan naluri sendiri); ucapan adalah non-naluriah, yang diakuisisi, "budaya" fungsi.
Ada satu fakta yang memilki kecendrungan secara frekuensi untuk mencegah pengakuan bahasa hanya sebagai sistem konvensional simbol-simbol bunyi yang menggoda pikiran populer ke arah ‘menghubungkan ke dasar naluri’ bahwa itu bukanlah pemilik yang sebenarnya. Ini merupakan observasi terkenal yang menunjukkan bahwa bawah tekanan emosi, katakanlah dari suatu yang ‘menusuk’ akan menyebabkan kesakitan yang tiba-tiba atau sukacita yang luar biasa. Kita (tanpa sadar) mengeluarkan ucapan yang menjadi sebuah suara, yang mana pendengar akan menafsirkan sebagai indikasi dari emosi itu sendiri. Namun di dunia ini ada banyak perbedaan antara ekspresi perasaan yang tanpa sengaja dan tipe normal dari ide-ide komunikasi yang disebut ucapan/ bahasa. Ucapan yang sebelumnya memang naluriah tapi itu ‘non simbolik’, dengan kata lain suara dari rasa sakit atau suara sukacita tidak menunjukkan emosi, itu tidak berdiri sendiri. Seakan, mengumumkan bahwa begitulah emosi itu, seperti apa ang sedang dirasakan. Apa yang dilakukan hanya menunjukkan luapan energi emosional. Dalam arti, itu adalah bagian dari emosi itu sendiri. Dan juga, sama halnya dengan naluriah menangis yang  hampir merupakan komunikasi dalam arti sempit. Hal itu tidak ditujukan kepada orang lain, hanya mendengar. Jika mereka menyampaikan ide-ide tertentu kepada si pendengar, hanya dalam arti yang sangat umum di mana setiap suara atau bahkan setiap fenomena di lingkungan kita dapat dikatakan untuk menyampaikan ide untuk mengamati pikiran. Jika tangisan spontan akan rasa sakit yang diwakili oleh seruan “Oh!” yang dipandang sebagai kebenaran simbol ungkapan yang setara dengan ide-de lain seperti “Saya merasa sangat kesakitan!” seruan itu hanya sebagai interpretasi yang digambarkan sebagai simbol yang setara sebagai simbol setara yang membawa pesan khusus "sepertinya akan hujan."
BERSAMBUNG..................................

Thursday, March 17 - 0 comments

Latihan Pernapasan (Pranayama)


Latihan-latihan pernapasan ini diambil dari hatha yoga. Selain sebagai pemacu energi, latihan ini juga merupakan pengubah suasana hati yang ampuh kapan saja kita merasa sedih dan murung.

Sebelum anda melakukan latihan-latihan berikut, jika anda punya kesempatan dan waktu luang yang cukup, anda perlu melakukan suatu upaya menyadarkan diri bahwa anda sedang bernapas dan napas anda berasal dari Dia yang punya kuasa atas anda. Salah satu cara yang cukup mudah adalah dengan mengarahkan pikiran anda untuk lebih merasakan napas yang sedang anda hirup dan hembuskan (sambil mensyukurinya) tanpa mengubah irama pernapasan anda.

Latihan Pernapasan 1
Berdirilah dalam posisi istirahat, kaki dikangkang selebar bahu. Hiruplah sedalam semampu anda, sambil menaikkan lengan anda di depan anda sewaktu anda menghirup napas itu. Hitunglah waktunya sampai lengan-lengan anda tepat di atas kepala anda (ini dimaksudkan agar irama pernapasan anda itu teratur). Tahan napas itu selama hitungan sampai lima. Hembuskan udaranya melalui mulut anda dengan rasa legah yang dalam, sambil membiarkan lengan jatuh ke masing-masing sisi dan biarkan bahu turun. Ulangi sesering mungkin menurut perasaan anda tapi jangan memaksakannya, terutama jika dada anda lemah untuk melakukannya.

Latihan pernapasan 2
Duduklah senyamannya, tarik napas dalam-dalam melalui lubang hidung. Bayangkanlah anda sedang menghirup udara yang terlebih dahulu masuk dan mengisi perut bagian bawah dan memenuhi bagian dalam anda seperti sebuah balon sampai udara itu mencapai bagian atas dada anda. Tahanlah beberapa saat saja, kemudian hembuskan perlahan-lahan sambil membayangkan ‘balon’ itu digemboskan sewaktu udaranya perlahan-lahan dikeluarkan dari bagian atas dada samapai ke bagian bawah perut anda. Sewaktu anda menarik napas, bahwa anda sedang memasukkan energi positif. Lambangkan energi ini bagi diri anda sendiri dengan cara apa saja yang bermakna bagi anda, misalnya: cinta, rahmat, berkah atau apa saja. Sewaktu anda menghembuskan napas bayangkan energi negatif di dalam diri anda keluar bersama napas yang anda hembuskan itu.

Latihan Pernapasan 3
Tutup lubang hidung kanan dengan telunjuk tangan kanan.tarik napas dalam-dalam melalui lubang hidung sebelah kiri. Tahan sampai hitungan ke tiga. Tutup lubang hidung sebelah kiri. Hitung sampai tiga. Dalam keadaan lubang hidung kiri masih tertutup, hirup kembali udara melalui lubang hidung bagian kanan dan menghembuskan dari lubang hidung kiri. Hitung sampai tiga. Ulangi urutan tersebut sebanyak 3 kali.

Perhatian!
Pernapasan yoga ini sangat ampuh – jadi jangan melakukan latihan-latihan ini terlalu banyak.
Tuesday, March 15 - 0 comments

Meditasi Cakra

Barangkali model paling canggih untuk mencoba memahami energi tubuh kita adalah terdapat pada teori dinia Timur tentang cakra. Ketujuh cakra merupakan pusat energi di dalam tubuh yang berkaitan dengan kelenjar-kelenjar endokrin dan kumpulan-kumpulan syaraf.
Masing-masing dari ketujuh cakra itu merupakan suatu saluran energi yang kita gunakan untuk menangani situasi yang muncul di wilayah-wilayah khusus dalam kehidupan kita. Setiap bidang yang kita tidak tangani dengan baik atau bila kita mengalami kecemasan dan stres akan mempengaruhi aliran energi pada cakra tertentu itu, yang akan menimbulkan ketidakseimbangan energi dalam tubuh. Bila kita memberi ruang bagi diri kita sendiri untuk meninjau berbagai wilayah kehidupan kita ini secara bergantian dan rutin, untuk merenungkan berbagai pengalaman masa lalu di masing-masing wilayah yang menjadi sumber cara kita berpikir dan ‘rasa’ kita sekarang ini, kita dapat menentukan dengan jelas bagaimana kita telah menyebabkan kekacauan energi pada wilayah-wilayah itu. Isyarat-isyarat penting akan diberikan oleh tubuh yang merupakan kiasan-kiasan jasmani bagi tempat dimana kita ‘tersandung’ pada tingkat kejiwaan dalam pola mental yang ‘kaku’.

Meditasi berarti memberikan perhatian yang santai, bukan ‘berkonsentrasi’ atau berpikir, melainkan menggunakan intuisi anda serta membiarkan jawaban-jawaban itu bermunculan dari bagian kiri anda di alam tak sadar yang senantiasa tahu yang mana kebenaran anda itu.
Meditasi dengan cakra-cakra itu merupakan cara yang gampang untuk memandang secara sistematis  ke wilayah-wilayah penting kehidupan anda, di mana penyebab energi yang tidak seimbang atau terhambat itu.

Gambaran Hubungan Anda dengan Cakra-cakra
Anda akan melihat dunia sebagai sebuah rimba dan tak pernah merasa aman di dalamnya (cakra 1), akan menemukan diri anda yang terus-menerus ‘memar’ dalam perjumpaan seksual tanpa cinta (cakra 2), dan akan mencoba untuk memenuhi kekosongan di dalam hati dengan hal-hal serta harta benda dan mengkompensasi perasaan tidak dicintai anda itu dengan memburu kekuasaan dan status (cakra 3). Karena tidak memiliki harga diri, mencurigai orang lain, anda akan cenderung ragu-ragu sebelum anda mengungkapkan diri anda sendiri secara spontan karena takut dikecam, dan barangkali anda mematikan kreativitas anda karena anda merasa tidak memiliki apa-apa yang berharga untuk diberikan (cakra 5). Dan tingkat-tingkat kesadaran yang lebih tinggi akan tertutup bagi anda (cakra 6), karena kesadaran anda tentang apa itu hidup dan hubungan anda dengan ‘yang utuh’ akan dikacaukan oleh kenyataan bahwa anda tidak mampu mendengarkan panjang gelombang cinta yang merupakan realitas paling dalam di alam semesta dan yang mempersatukan segalanya (cakra 7).

Cakra Pertama: Hubungan Anda dengan Kelangsungan Hidup, Bumi, dan Ibu
Cakra pertama atau akar cakra terletak pada dasar tulang punggung di tulang ekor atau coccyx yang mengendalikan anak ginjal. Energi yang dipengaruhi oleh cakra ini ada kaitannya dengan kelangsungan hidup, sebagaimana diduga oleh orang dari kenyataan bahwa melalui pelepasan hormon-hormon adrenalin itulah kita diaktifkan untuk “melawan atau lari”.
Pada cakra ini kita belajar untuk ‘membumi’, melakukan sentuhan secara teratur dengan alam (meskipun hanya berjalan-jalan ditaman) hanya sekedar berlari dari hutan beton tanpa ‘rasa rumput’ di kaki.
Biarkan anda sendiri merasakan apa yang benar bagi anda dalam wilayah yang sangat mendasar ini yaitu kelangsungan hidup, menjaga badan dan jiwa anda berasama-sama.

Cakra Kedua: Hubungan dengan Seks dan Pancaindra
Cakra kedua terletak tepat di atas alat kelamin, dikaitkan dengan indung telur atau buah zakar dan merupakan cakra seks. Cakra ini banyak sekali berkaitan dengan bagaimana kita berhubungan dengan energi-energi bumi yang melewati kita (terutama energi seksual), apa yang kita lakukan dengan ‘perasaan-perasaan lubuk hati kita’ tentang diri sendiri dan orang lain.
Seks merupakan suatu wilayah yang sangat membingungkan bagi banyak orang. Mudah dipahami demikian, karena kita diberi banyak pesan kabur tentang seks itu, bukan hanya dalam proses tumbuh dewasa (dengan pengandaian bahwa seks itu pernah disebut dan bukan merupakan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan dalam lingkungan keluarga)

Cakra Ketiga: Hubungan Anda dengan Kekuasaan
Cakra ketiga berada di pleksus solar dan merupakan pusat yang kita jumpai bila kita mengalami ‘perasaan hati yang paling mendalam’. Cakra ini berkaitan dengan pankreas.
Hubungan cakra ini berkaitan erat dengan ‘kekuasaan’ yang merupakan kata yang kelihatannya sedikit ‘kotor’ karena kata itu mempunyai konotasi-konotasi lain seperti ‘menguasai’ dan ‘menipu orang lain’. Kita seringkali takut terhadap kekuasaan kita sendiri atau perlawanan orang lain seandainya kita menentang usaha mereka untuk membohongi, meniadakan, atau dengan cara lain tidak menghormati ruang atau siapa kita ini.

Cakra Keempat: Pemahaman Anda tentang Cinta dan Dicintai
Cakra ke empat berada di hati, di situ semua cakra berpadu menjadi cinta, yaitu keselarasan. Cakra ini merupakan cakra yang dikatakan lebih penting dari cakra-cakra lainnya. Cakra ini merupakan penghubung antara semuacakra karena terletak di tengah-tengah cakra lainnya. Dengan kata lain jika cakra jantung tertutup maka cakra yang lain akan berada dalam keadaan yang tidak seimbang.

Cakra Kelima: Pengungkapan Diri, Komunikasi, Pilihan, dan Kreativitas
Cakra kelima adalah cakra tenggorokan, tempat pengungkapan diri. Tanda-tanda bahwa anda perlu mengolah cakra ini adalah perasaan-perasaan bosan, terjebak dalam suatu rutinitas yang basi, tidak puas dan resah dengan hal-hal seperti yang seharusnya, sesuatu yang ‘tidak sungguh-sungguh hidup’.

Cakra Keenam: Hubungan Anda dengan Intuisi Anda
Cakra keenam berada di pusat dahi, dan berkaitan dengan pituatari. Cakra ini menguasai intuisi kita dan merupakan pusat pikiran serta jiwa kita dalam keadaan terjaga.
Tentunya anda telah menggunakan intuisi anda untuk memperoleh pemahaman tentang pola-pola manakah yang perlu anda ubah dan bagaimana anda telah membatasi diri anda sendiri. Semakin anda mempercayai intuisi anda semakin berkembang intuisi itu.



Cakra Ketujuh: Hubungan Anda dengan Ayah, Kehidupan, dan Keseluruhan
Cakra ketujuh atau cakra otak, terletak di ujung kepala dan merupakan garis penghubungan kita dengan apa yang terletak di luar tubuh yang terbatas dan memungkinkan kita untuk mengungkapkan diri kita pada tingkat-tingkat rohaniah yang tinggi.