Membingungkan, itu yang bisa ku katakan sekarang. Pastinya, setelah ku temui dia di alam yang susah ku jabarkan, tempat yang tak terjemah oleh akal, yang hanya tersentuh oleh pikiran. Tempat di mana tidak ada gelap dan terang, tanpa warna. Di bawah luasnya langit, di antara reremputan yang tingginya melampaui ku terlihat sebatang pohon yang hanya sendirian, ia berdiri kokoh di situ. Di sampingnya beberapa pot bunga tertata tidak teratur dengan bunga-bunga yang tidak sempat ku perhatikan. Kadang aneh melihat ramahnya bunga bermain dengan rumput liar. Tapi kali ini tidak, tidak sama sekali, karena aku lupa memperhatikannya. Hanya ada beberapa buah batu di situ, yang dijadikan alat untuk buat ku sadar bahwa ada sebuah teras yang pastinya dari sebuah rumah yang hendak ku datangi.
Ada kelegahan luar biasa yang terasa saat kepalaku ku sandarkan di sebuah sofa tua di dalam rumah itu. Sedikit mengusik namun nyaman. Aku baru sadar kalau ia yang tadinya berdiri di pintu saat aku masih di luar kini berada tepat di hadapan ku. Pakaiannya sederhana, rambut tertata biasa-biasa saja, bergaya ramah dengan senyum yang sedikit disembunyikan agar tak tampak bahwa ia sedang tertawa. Tapi itulah yang ku suka. Benar, aku suka! Dan, itu buat letih ku tak terasa, buat aku lupa kalau aku begitu lemah karena belum makan sedikit pun sejak pagi tadi.
Suatu kesenangan yang ku rasa muncul di hati saat sesekali ku perhatikan ia tertawa. Sedikit manja, tapi aku menikmatinya. Entahlah, rasanya apa yang ia lakukan semua itu ku suka, semua itu buat ku ingin bertahan untuk tetap merasakannya. Ada alasan yang aku sendiri tak mengerti kenapa. Tapi aku tidak punya kesempatan untuk memikirkan alasannya karena pikiran ku sedang disibukkan oleh senyumnya, suaranya, geraknya, tawanya, dan oleh segala apa yang dimilikinya.
Kami berbincang tentang hal yang aku tak tahu pasti apa itu, karena tak pernah ku biarkan otak ku mencerna hal lain selain dia. Hanya sebentar saja ku biarkan diriku terbaur dengan suasana rumah itu. Selebihnya, hanya dia.
Ku coba mengerti sebuah kegelisahan yang muncul tepat setelah ku tahu ternyata ia gadis yang jauh lebih tegar dari yang ku kenal, bahkan jauh lebih kuat dari yang ku bayangkan. Aku tak tahu pasti apa karena rasa yang buat ku melihat hanya sisi baiknya atau kebaikan ini memang layak diperhatikan. Terlepas dari semua itu, aku salut!
Kegelisahan ini buatku ingin melindunginya, menjaganya, ingin biarkan ia tetap tenang. Nyanyian lagu “seumur hidupku” milik Boomerang terlantun dalam pikiran ku di saat makan siang.
Ada kelegahan luar biasa yang terasa saat kepalaku ku sandarkan di sebuah sofa tua di dalam rumah itu. Sedikit mengusik namun nyaman. Aku baru sadar kalau ia yang tadinya berdiri di pintu saat aku masih di luar kini berada tepat di hadapan ku. Pakaiannya sederhana, rambut tertata biasa-biasa saja, bergaya ramah dengan senyum yang sedikit disembunyikan agar tak tampak bahwa ia sedang tertawa. Tapi itulah yang ku suka. Benar, aku suka! Dan, itu buat letih ku tak terasa, buat aku lupa kalau aku begitu lemah karena belum makan sedikit pun sejak pagi tadi.
Suatu kesenangan yang ku rasa muncul di hati saat sesekali ku perhatikan ia tertawa. Sedikit manja, tapi aku menikmatinya. Entahlah, rasanya apa yang ia lakukan semua itu ku suka, semua itu buat ku ingin bertahan untuk tetap merasakannya. Ada alasan yang aku sendiri tak mengerti kenapa. Tapi aku tidak punya kesempatan untuk memikirkan alasannya karena pikiran ku sedang disibukkan oleh senyumnya, suaranya, geraknya, tawanya, dan oleh segala apa yang dimilikinya.
Kami berbincang tentang hal yang aku tak tahu pasti apa itu, karena tak pernah ku biarkan otak ku mencerna hal lain selain dia. Hanya sebentar saja ku biarkan diriku terbaur dengan suasana rumah itu. Selebihnya, hanya dia.
Ku coba mengerti sebuah kegelisahan yang muncul tepat setelah ku tahu ternyata ia gadis yang jauh lebih tegar dari yang ku kenal, bahkan jauh lebih kuat dari yang ku bayangkan. Aku tak tahu pasti apa karena rasa yang buat ku melihat hanya sisi baiknya atau kebaikan ini memang layak diperhatikan. Terlepas dari semua itu, aku salut!
Kegelisahan ini buatku ingin melindunginya, menjaganya, ingin biarkan ia tetap tenang. Nyanyian lagu “seumur hidupku” milik Boomerang terlantun dalam pikiran ku di saat makan siang.
2 comments:
sapa ow, PW ko
Su pasti RIKA
Post a Comment